Cangkang Akik Tiongkok Kuasai Bali, Perajin Lokal di Celuk Kelimpungan

Cangkang Akik Tiongkok Kuasai Bali, Perajin Lokal di Celuk Kelimpungan

DENPASAR - Demam batu akik yang marak di mana-mana di Indonesia, termasuk Bali, akhirnya mendongkrak bisnis pembuatan ring (cincin) atau cangkang akik.

Namun, panen keuntungan dari penjualan cangkang akik yang dinikmati perajin lokal ternyata hanya berlangsung sebentar, antara Januari-Mei 2015.

Setelah Mei 2015 hingga sekarang, penjualan cangkang akik lokal (di Bali disebut cangkok bungkung) merosot drastis, sehingga memukul para perajinnya sebagaimana yang terjadi di Celuk, Gianyar, Bali.

“Penjualan kami, para perajin cangkang di Celuk, hanya berjalan bagus pada awal Januari hingga Mei 2015 lalu. Setelah itu, pesanan turun sampai 95 persen dari sebelumnya. Boleh dibilang, kondisi kami sekarang sekarat,” terang Nyoman Rupadana, perajin perak dari art shop Koming Ayu di Celuk, pekan lalu.

Penyebabnya adalah serbuan cangkang akik asal Tiongkok di Bali, yang harganya jauh lebih murah, dan kreasinya tak kalah menarik bahkan lebih variatif daripada cangkang buatan Celuk.

Cangkang dari Tiongkok itu terbuat dari titanium.

“Penurunannya drastis, tidak pelan-pelan. Itu terjadi karena membanjirnya cangkang buatan Tiongkok di pasar. Terus terang kami bingung mengapa cangkang Tiongkok bisa masuk sebanyak itu,” imbuh Rupadana.

Di Celuk, sejak terjadinya demam akik dalam setahun terakhir, ratusan perajin di sana memanfaatkan kesempatan dengan membuat cangkang akik.

Bermacam-macam jenis logam menjadi bahan dasar cangkang buatan Celuk.

Ada kuningan, alpaka, titanium, perak dan emas.

Yang paling banyak diproduksi adalah yang berbahan baku kuningan, alpaka dan titanium.

Dengan anjloknya penjualan saat ini, Rupadana juga tak berharap banyak bahwa melemahnya rupiah atas dolar AS bakal mendongkrak permintaan cangkang lokal atau jenis kerajinan logam lain bikinan Celuk.

“Bukan apa-apa, harga cangkang buatan Tiongkok murahnya kebangetan. Ketika penjualan cangkang Celuk anjlok, kerajinan perak yang selama ini kami andalkan, pasarnya di luar negeri juga sedang lesu-lesunya sekarang. Jadi ini seperti sudah jatuh tertimpa tangga,” imbuh Rupadana.

Dilihat dari cara pembuatannya, ada dua jenis cangkang, yakni cangkang hand made (100 persen dibuat secara manual oleh tangan-tangan terampil perajin) dan cangkang casting atau cetakan.

Cangkang akik dari Tiongkok yang menggusur pasar cangkang buatan Celuk adalah jenis casting.

Sebetulnya, para perajin di Celuk pun memproduksi cangkang berbahan titanium selain yang berbahan kuningan dan alpaka.

Sedangkan cangkang perak sudah sangat sedikit dibuat, karena permintaannya telah turun drastis bahkan sejak sebelum awal tahun 2015. 

Hasil kerajinan perak buatan Celuk selama ini sudah terkenal hingga ke benua Amerika dan Eropa.

“Tetapi permintaan kerajinan perak dari Amerika dan Eropa sedang lesu,” kata Rupadana. (*)


Ditayangkan sebelumnya dari situs tribunbali
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait