Nyawa Manusia Lebih Berharga, Eliminasi Paling Efektif Cegah Rabies di Bali

Nyawa Manusia Lebih Berharga,  Eliminasi Paling Efektif Cegah Rabies di Bali

Gubernur Bali menilai langkah paling efektif dalam mengantisipasi merebaknya kasus rabies adalah tindakan eliminasi, dengan tetap mengindahkan norma-norma yang berlaku. Namun apa yang disarankan Gubernur Pastika belakangan ini menuai banyak protes baik dari masyarakat ataupun LSM penyayang binatang, yang berpendapat berdasarkan patokan masyarakat negara Eropa dalam memelihara hewanpeliharaan.

Hal ini menurut Gubernur tidak bisa disamakan karena masyarakat di negara Eropa memelihara binatang peliharaannya benar-benar sesuai prosedurnya baik dari segi kebersihan dengan memandikan maupun kesehatannya dengan pemberian vaksin secara teratur, sedangkan di Bali menurutnya jauh berbanding terbalik karena anjing-anjing berkeliaran secara liar tanpa pemeliharaan yang benar. Demikian disampaikan Gubernur Bali Made Mangku Pastika saat menanggapi pertanyaan awak media terkait penanganan rabies di Denpasar

“Rabies harus ditanggulangi, karena nyawa manusia lebih berharga daripada nyawa anjing. Semua sayang binatang yang juga merupakan mahluk ciptaan Tuhan, tetapi apa boleh buat jika keadaan sudah seperti ini kita harus lebih mengutamakan nyawa manusia,” ujarnya.

Gubernur mengharapkan peran serta LSM dan para penyayang binatang untuk menunjukan tindakan nyata dengan membantu menangkap anjing-anjing yang berkeliaran secara liar, memberikan vaksin dan ikut memeliharanya sehingga bisa memutus penyebaran virus tersebut. Gubernur juga memaparkan mahalnya biaya penanganan orang yang tergigit anjing yang terjangkit rabies, yang rata-rata menghabiskan 4 jenis vaksin dengan harga masing-masing vaksin sekitar 150 ribu dan ditambah 1 jenis vaksin anti tetanus.

Sehingga sebagai penanganan awal bagi satu orang yang terjangkit diperkirakan menghabiskan dana 1 juta, nilai yang cukup besar menurutnya. Disamping itu langkanya stok VAR juga disebabkan karena PT. Biofarma  sebagai produsen VAR membatasi produksinya. “Jadi bukan karena Pemprov tidak mau membeli,” pungkasnya.

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait