Digitalisasi Masih Jadi Strategi Pengembangan Ekonomi Khususnya di Bali

Digitalisasi Masih Jadi Strategi Pengembangan Ekonomi Khususnya di Bali

Digitalisasi masih menjadi strategi utama yang mampu membawa perekonomian Indonesia dan khususnya perekonomian Bali agar ke depannya semakin baik dan kuat. Kehadiraan digitalisasi mampu menghubungkan berbagai pihak, proses bisnis saling terhubung, bergerak lebih cepat, efisein seiring dengan konsep-konsep spesial ekonomi, internet, ecommerce, financial technology, dalam berbagai bidang kehidupan terutama di bidang ekonomi.

Demikian tertuang dalam Kick Off Bali Digital Innovation Festival 2024 dengan tema “Baligivation: Empowering All” di Gedung BI Bali, Selasa (23/4). Kepala Perwakilan Bank Indoenesia (BI) Bali, Erwin Soeriadimadja di sela-sela kick off Baligivation 2024 menyampaikan, seiring tema Baligivation: Enpowering All atau tumbuh bersama maka perkembanagn digital perlu disongsong bersama guna meningkatkan nilai tambah dari potensi ekonomi digital di Bali dan Indonesia.

Menurutnya kegiatan ini juga bertujuan untuk mendorong kreativitas generasi muda dan masyarakat Bali untuk berinovasi dengan memanfaatkan teknologi digital untuk mendorong pemulihan ekonomi.

“Saat ini ekonomi digital menyumbang sekitar 4,6 persen dari PDB negara maka kita perlu bersiap memberikan kontribusi lebih, kontribusi dari ekonomi digital ini bisa mencapai 18 persen PDB di Indonesia,” katanya.

Erwin menilai pertumbuhan ekonomi Bali di 2024  diperkirakan bisa tetap tumbuh di level 5 persen sampai 5,8 persen, karena itu diperlukan sebuah kerja bersama untuk mengakselerasi pertumbuhan tersebut. Salah satu kuncinya adalah bagaimana semua bisa terus memperkuat transformasi digital.

Ia pun menjabarkan kegiatan Baligivation 2024 akan memuat berbagai kegiatan terdiri dari seminar, edukasi kepada masyarakat terkait digitalisasi, aspek perlindungan kepada konsumen, termasuk pengembangan desa wisata untuk masuk ke platform e-commerce, penggunaa sarana pembayaran dan lainnya.

Terkait digitalisasi desa wisata, diakui Erwin, saat ini ada enam desa binaan BI. BI memperkuat kapabilitas desa wisata dengan melakukan on boarding dan pelatihan terhadap hospitality agar mereka memiliki daya saing. Menyiapkan program on boarding di mana terdapat platform e-commerce. Termasuk, peningkatan kapasitas di desa wisata tersebut dengan pelatihan-pelatihan.

“Enam desa wisata tersebut sudah siap masuk digitalisasi ataupun platform e-commerce dan juga pembayaran dilakukan secara nontuani menggunakan QRIS,” terangnya.

Erwin menilai semua sudah dipersiapkan agar semua desa wisata di Bali semakin dikenal dan mudah dalam transaksi pembayaran digitalisasi. Enam desa wisata di Bali di antaranya Desa Penglipuran, Desa Taro, Desa Sudaji. Diakui semua desa wisata sudah menggunakan QRIS namun lebih diakselerasi kembali penggunaan QRIS, tidak hanya sebagai tanda masuk namun juga bagi UMKM-UMKM yang ada di sana dalam penggunaan transaksi pembayaran nontunai.

“Saat ini masih fokus kepada 6 desa wisata yang tidak hanya mengembangkan sistem pembayaran semata namun juga mengembangkan kapasitas desa wisata tersebut agar memiliki hospitality yang baik, menerapkan CHSE yang bagus, guide baik sehingga perlu ditingkatkan promosi sebagai spot pariwisata yang mendorong kualitas pariwisata,” ucapnya.

Hadir dalam kesempatan tersebut PJ. Gubernur Bali S.M, Mahendra Jaya, Kepala OJK Bali Kristrianti Puji Rahayu.

Admin
Author : Admin

Kabardewata.com | Media cerdas dari Bali adalah media online independen, berintegritas dan terpercaya menjadi rujukan informasi oleh pembaca.

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait