Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Bali menegaskan bahwa stabilitas sektor Industri Jasa Keuangan (IJK) di Bali hingga posisi Maret 2025 tetap terjaga.
Hal ini didukung oleh permodalan yang kuat, likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terkendali.
Pada sektor perbankan, penyaluran kredit per Maret 2025 tercatat mencapai Rp113,82 triliun atau tumbuh sebesar 7,25 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih tinggi dari capaian periode yang sama tahun lalu sebesar 6,52 persen.
Pertumbuhan kredit ini ditopang oleh peningkatan kredit investasi yang melonjak 16,24 persen yoy menjadi Rp5,02 triliun, mencerminkan meningkatnya optimisme pelaku usaha terhadap kondisi ekonomi Bali.
Selain itu, kredit kepada pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) juga menunjukkan tren positif dengan kontribusi sebesar 51,98 persen dari total kredit di Bali, tumbuh 4,94 persen yoy.
Dari sisi sektor ekonomi, penyaluran kredit masih didominasi oleh sektor konsumtif (33,88 persen) dan sektor perdagangan besar dan eceran (28,42 persen). Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor penyediaan akomodasi dan makan minum yang naik 17,30 persen yoy, menyusul sektor bukan lapangan usaha (konsumtif) yang tumbuh 6,22 persen yoy.
Kualitas kredit perbankan Bali juga tetap sehat. Rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) gross tercatat sebesar 3,10 persen, sementara NPL net sebesar 2,17 persen. Selain itu, rasio Loan at Risk (LaR) berhasil ditekan menjadi 11,62 persen dari sebelumnya 17,73 persen pada Maret 2024.
Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp192,72 triliun, tumbuh 10,47 persen yoy dan melampaui pertumbuhan DPK nasional yang hanya sebesar 4,76 persen yoy.
Kenaikan ini ditopang oleh pertumbuhan nominal tabungan sebesar Rp11,97 triliun. Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat sebesar 59,06 persen, menunjukkan fungsi intermediasi yang masih terjaga.
Permodalan perbankan pun tetap solid, ditunjukkan dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) yang tinggi di angka 35,27 persen dan Cash Ratio (CR) BPR sebesar 14,40 persen.
Jumlah investor pasar modal di Bali juga meningkat pesat. Sampai Maret 2025, tercatat 151.096 investor saham atau naik 22,68 persen yoy. Nilai kepemilikan saham mencapai Rp5,36 triliun, sementara transaksi saham sebesar Rp2,25 triliun atau tumbuh 16,83 persen yoy.
Sektor pembiayaan mencatatkan piutang sebesar Rp12,21 triliun, tumbuh 8,95 persen yoy. Meski melambat dibandingkan tahun sebelumnya (18,44 persen yoy), pembiayaan tetap didominasi sektor perdagangan serta penyewaan dan jasa penunjang usaha. Tingkat Non Performing Financing (NPF) tercatat rendah, sebesar 1,03 persen.
Di sisi lain, perusahaan modal ventura menyalurkan pembiayaan sebesar Rp92,82 miliar dengan pertumbuhan 3,94 persen yoy. NPF modal ventura juga membaik menjadi 1,19 persen dibandingkan Maret 2024 yang sebesar 1,42 persen.
OJK Bali terus memperkuat literasi dan inklusi keuangan, termasuk bagi penyandang disabilitas, melalui 52 kegiatan edukasi keuangan hingga April 2025. Kegiatan ini telah menjangkau lebih dari 4.283 orang secara langsung dan 75.011 orang melalui media sosial.
Program edukasi dilakukan secara kolaboratif dengan berbagai pemangku kepentingan melalui SiMolek, program OJK Ngiring ke Banjar, edukasi segmented kepada pelajar hingga pelaku UMKM, serta pelatihan untuk Satgas PASTI.
Dalam hal pelindungan konsumen, OJK menerima 205 pengaduan selama 2025 hingga April. Sebanyak 165 di antaranya telah selesai ditangani, sedangkan sisanya masih dalam proses penyelesaian.
Layanan Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) juga dimanfaatkan oleh masyarakat, dengan total permintaan data iDeb sebanyak 3.967 orang, terdiri dari 1.386 secara online dan 2.581 walk-in.
Dengan dukungan kebijakan yang akomodatif dan penguatan sinergi dengan berbagai pihak, OJK Bali optimis stabilitas sektor jasa keuangan akan terus terjaga dan tumbuh secara berkelanjutan.
Tuangkan Komentar Anda