Denpasar (16/6) – PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atauPelindo terus memperkuat komitmennya dalam pengembanganpelabuhan berkelanjutan di kawasan timur Indonesia, termasukdi Pelabuhan Benoa, Bali. Selain meningkatkan layanan kapalpesiar, Pelindo juga konsisten menjalankan program pelestarianlingkungan, salah satunya melalui penanaman mangrove secaraterukur dan berkelanjutan.
Hingga pertengahan 2025, sebanyak 38 kapal pesiar telahbersandar di Pelabuhan Benoa, membawa lebih dari 50.000 wisatawan mancanegara. Angka ini mencerminkan tren positifkebangkitan sektor wisata bahari, sekaligus memperkuat posisiBenoa sebagai salah satu pelabuhan kapal pesiar unggulan di Indonesia.
Sebagai bagian dari tanggung jawab ekologis perusahaan, sejak2022 hingga 2025, Pelindo telah menanam lebih dari 31.000 bibit mangrove di kawasan Pelabuhan Benoa. Investasi yang dialokasikan untuk kegiatan ini mencapai sekitar Rp226 juta. Saat ini, program pelestarian tersebut memasuki fasepemeliharaan dan pemantauan secara berkelanjutan yang difokuskan pada periode 2023–2024. Upaya ini dilakukan untukmemastikan kelestarian ekosistem pesisir yang berfungsi pentingdalam menjaga keseimbangan lingkungan.
“Keberlanjutan harus menjadi fondasi dalam setiappengembangan pelabuhan, termasuk untuk sektor wisata laut. Kami tidak ingin program pelestarian hanya berhenti padakegiatan simbolik penanaman. Pelindo berkomitmen untuk terusmelakukan pemeliharaan agar ekosistem mangrove yang terbentuk benar-benar memberi manfaat jangka panjang,” ujarSub Regional Head Pelindo Bali Nusra, Fariz Hariyoso.
Selain menjaga kelestarian lingkungan, Pelindo juga aktifmembangun sinergi dengan masyarakat sekitar pelabuhan, khususnya melalui pemberdayaan UMKM dan penguatanekonomi lokal. Rutin bersandarnya kapal pesiar di PelabuhanBenoa membuka peluang usaha bagi pelaku UMKM di sektorkuliner, kerajinan, hingga jasa wisata.
Didukung oleh ekosistem pelabuhan yang bersih, tertib, danramah lingkungan, wisatawan yang datang melalui kapal pesiartak hanya menikmati keindahan Bali, tetapi juga berinteraksilangsung dengan budaya lokal dan produk khas daerah.
“Pelabuhan Benoa bukan hanya gerbang pariwisata, tetapi jugarepresentasi dari komitmen Pelindo terhadap prinsip pelabuhanhijau. Kami ingin menyambut dunia dengan wajah pelabuhanyang ramah lingkungan, selaras dengan alam dan budaya Bali,” tambah Fariz.
Seluruh upaya ini sejalan dengan filosofi Tri Hita Karana—kearifan lokal Bali yang menekankan harmoni antara manusia, alam, dan spiritualitas—yang menjadi landasan Pelindo dalammengelola dan mengembangkan pelabuhan di Bali.
Tuangkan Komentar Anda